RajaKomen

Hasil Tambang Nikel; Indonesia Cuma Dapat 5 Persen, Yang 95 Persen Lari ke China

12 Agu 2020  |  948xDitulis oleh : Admin
Hasil Tambang Nikel; Indonesia Cuma Dapat 5 Persen, Yang 95 Persen Lari ke China

Negara yang kaya tetapi salah kelola ini sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bagi Indonesia, berbagai macam kekayaan alam tersedia dinegara ini. Termasuk salah-satunya yaitu bahan tambang yang tentu saja sangat menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan negara, tetapi hal itu mungkin hanya mimpi belaka. Karena negara ini tidak pandai dalam mengolah bahan-bahan tambang seperti nikel misalnya.

Bahkan sikap pemerintah hingga saat ini seakan setengah hati dalam meningkatkan nilai tambah untuk pertambangan di indonesia. Dalam hal ini adalah konsep hilirisasi pertambangan yang belum terintegrasi dengan pengembangan industri di dalam negeri.

Saat ini Indonesia masih memakai strategi hilirisasi yang hasil produksinya tidak bisa dimanfaatkan untuk perkembangan industri dalam negeri, tetapi jika merubah strategi itu menjadi industrialisasi maka barang tambang bisa diolah dan dapat digunakan untuk kemajuan industri di Indonesia.

Menurut pengamat ekonomi senior Faisal Bahri nilai tambah yang diterima dari pengelolaan tambang Nikel ini dari mulai untuk pekerja, penambang bahkan pemerintah kira-kira hanya sekitar 5 persen saja, sisanya 95 persen lari ke negara lain yaitu China.

Lalu Faisal pun menyoroti menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang seolah mempunyai kuasa melebihi menteri yang sebenarnya lebih berhak menangani ini yaitu menteri ESDM Arifin Tasrif.

Terkait dengan industrialisasi, Faisal pun berpandangan dengan adanya hilirisasi tambang malah bertolak belakang dengan kondisi industri manufaktur di Indonesia yang saat ini terus merosot. Menurutnya Indonesia sama sekali tidak menjadi bagian yang di supply dalam meningkatkan nilai tambah dari hasil pertambangan ini.

Faisal juga menyoroti kepercayaan diri Luhut Binsar Panjaitan yang sangat yakin Indonesia akan ada pabrik baterai terbesar di dunia, khususnya untuk industri kendaraan listrik.

Menurut Faisal industri baterai akan tumbuh jika dinegara tersebut sudah banyak kendaraan yang menggunakan baterai atau kendaraan listrik. Faisal sendiri tidak yakin Indonesia akan benar-benar menjadi produsen baterai terbesar di dunia.

Bagaimana Indonesia bisa maju kalau hasil kekayaan alamnya saja selalu lari ke negara lain, Indonesia hanya bisa ekspor bahan mentahnya saja yang harganya pun tergolong sangat murah.

Baca Juga: